Saturday, November 26, 2016

About death

0 comments
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un
Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali pada Allah.

Death is uncertainty certainty
Maut adalah kepastian yang tidak pasti.

Dalam beberapa waktu belakangan, ada dua orang paling saya sayang yang lebih dulu menghadapNya.
Pertama adalah guru agama saya ketika SMP, pak Mudrik namanya. Beliau adalah guru muatan lokal (Mulok) Baca Tulis Quran (BTQ) sewaktu saya kelas 9. Beliau juga guru pembimbing ekskul kaligrafi.
Tulisan beliau, baik arab maupun latin memang sangat indah. Berbagai gaya tulisan arab beliau kuasai. Beliau biasa diminta tolong oleh guru lain untuk menulis jadwal piket, jadwa pelajaran, caution, dll yang biasa ditempel di dalam dan di sekitar kelas dan sekolah. Beliau juga orang yang biasa menulis berbagai kaligrafi yang ada di berbagai masjid di kota Serang.
Ada satu memori yang tak terlupa bersama beliau, yakni ketika saya bersama Piah dan Lilip, dua teman kelas saya sebagai satu tim mengikuti acara cerdas cermat agama Islam, bersaing dengan perwakilan dari kelas lain. Di acara itu, pak Mudrik berlaku sebagai pembaca soal sekaligus pembuatnya.
Saat itu yang paling berkesan adalah pertanyaan dengan isi yang sama dengan kalimat pembuka di atas, yakni Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, saat itu pak Mudrik baru selesai membacakan kalimat itu, belum membaca soalnya, lalu tiba2 dari tim kelas lain yang diketuai Nugraha menjawab, “Doa ketika ada orang yang kecelakaan atau mendapat musibah”.
“Salah”, kata pak Mudrik “Pertanyaanya belum saya bacakan”.
Kemudian beliau mengulang kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un yang kemudian diiringi dengan pertanyaan “..adalah kalimat yang disebut?”
Waktu itu tidak ada yang menjawab. Saya sebelumnya juga mengira jawabannya sama dengan jawaban yang disuarakan oleh Nugraha. Tapi ternyata itu jawaban yang salah.
Tidak ada yang menjawab. Pak Mudrik melihat seluruh peserta dan juga hadirin, lalu memberitahukan jawabannya bahwa Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un disebut kalimat istirja’.
Itu adalah salah satu ilmu yang saya dapat dari beliau. Masih ada banyak, banyak sekali ilmu yang saya peroleh dari beliau.
Kepergian beliau yang terasa mendadak, karena saya hanya tahu ketika beliau telah tiada benar2 membuat saya kaget. Beliau masih cukup muda. Mungkin lebih muda dari Bapa saya. But death is uncertainty certainty, kematian adalah kepastian yang tidak pasti. Ia pasti datang. Tapi kita tidak tahu pasti kapan ia akan datang.
Selang beberapa bulan setelah pak Mudrik meninggal dunia, pada malam hari ini 25 November 2016, salah satu mamang, mang Mamun, adik mama saya meninggal dunia.
statusmind.com
Saya biasa memanggilnya dengan tanpa jeda, Mamamun atau Kamamun, begitu saya memanggilnya.
Usianya sekarang mungkin 25-26 tahun. Dulu kita sempat satu SD, lalu bersekolah satu SMP hingga satu SMK. Di sekolah kita selisih 2 tahun, saat ia kelas 3 saya kelas 1.
Mamamun orang yang sangat baik dan juga pendiam. Sepertinya setiap saya minta tolong pasti selalu diusahakannya untuk membantu. Namun saya hampir selalu segan terhadapnya, kadang juga malu, entahlah. Saya hanya merasa saya tidak boleh meminta bantuannya terlalu sering, kecuali ketika sedang terdesak.
Ramadan lalu adalah Ramadan pertama dan terakhir baginya menggunakan Mushola yang baru dibangun di belakang rumahnya yang juga rumah kakek nenek saya. Ia selalu menjadi muadzin disana dan di Mushola kami sebelumnya. Selesai sholat tarawih, biasanya hanya ada saya, dia, Niah (bibi kecil saya, adiknya Mamamun) dan kadang kakek dan nenek saya yang mengaji.
Sms terakhirnya masih ada di hp saya, dia minta dikirimi pulsa 25ribu untuk dibayar nanti. Saya tidak membalasnya saat itu. Saya menyesal tidak mengiriminya pulsa saat itu, juga tidak membalasnya.
Sebelum meninggal ia dibawa ke RSUD Banten dekat rumah kami. Ia dirawat disana 10 hari, kemudian dibawa pulang ke rumah. Selang beberapa hari setelah dirawat di rumah, Mamamun dibawa kembali ke rumah sakit (24/11), kali ini ke RSU Serang yang letaknya dekat alun alun Serang, cukup jauh jika dari rumah kami. Tapi karena RS itu telah lebih lama berdiri dibandingkan RSUD Banten, keluarga kami berharap disana Mamamun bisa mendapat perawatan yang lebih intensif.
Saya menyesal ketika menjenguknya dua kali di RSUD Banten saya tidak begitu menanggapi serius penyakit yang ia derita, yang menurut keterangan nenek dan mama sebut ‘saraf’. Saya katakan ke mama bahwa yang disebut saraf adalah bagian dari anggota tubuh kita, bukan nama penyakit.
Kemudian kang Maruf, yang biasa saya panggil Kang Ayup, kakaknya Mamamun memberikan penjelasan menurut dokter yang menyebutkan bahwa ada ‘flek’ di saraf otak Mamamun. Saat itu saya juga belum begitu khawatir akan penyakit ini. Saya rasa penyakit itu akan sembuh seperti Niah, adiknya yang juga sering sakit kepala berat namun hanya terjadi dalam beberapa waktu saja dan setelah itu pulih.
Rasanya masih belum percaya ia telah tiada. Sore ini mama menyuruh saya untuk meminta teh Susi, adiknya mama, tetehnya Mamamun, mengambilkan foto Mamamun yang sedang dirawat di RSU Serang. Tapi saya malah tidak memintanya, saya pikir karena teh Susi tidak punya aplikasi chat jadi kalaupun mau mengambilkan foto Mamamun, teh Susi harus pulang dulu untuk memberikannya pada saya, untuk diperlihatkan ke mama.
Kata mama semenjak di RSU Serang Mamamun diberikan pernafasan bantuan dengan selang yang mengalirkan oksigen. Ia mendapat kabar itu dari Kang Ayup. Mama ingin menjenguk juga tapi karena suatu alasan tidak bisa. Lalu sebagai gantinya saya perlihatkan foto2 Mamamun saat masih sehat di fb.
Kami sempat menertawakan kebiasaan Mamamun yang memposting foto2 yang ‘tidak lazim’, terutama untuk anak laki2 seusianya, seperti foto pisang satu tandan yang sebagian besar masih hijau, foto ubi warna oranye dan ungu yang sedang direbus, foto tiga buah (tidak berpasangan) yang berbeda warna,  serta foto2 dirinya sendiri yang tampak gagah.
Wajah Mamamun memang gagah. Mamamun juga anak yang penurut, selalu mematuhi apa pun yang diminta emaknya.Ia anak kasayangan emaknya, kesayangan nenek saya, kesayangan kita semua keluarga besarnya. Nenek hanya memiliki dua anak laki laki dan Mamamun adalah anak lelakinya yang bungsu. Dulu sewaktu SMP dan SMK ia hampir selalu jadi pasukan pengibar bendera (paskibra) saat upacara 17 Agustus di kecamatan.
Saya ingat dulu saat saya ospek di SMK, Mamamun jadi anggota tim disiplin (timdis). Bersama ka Bardan dan ka Topani, mereka bertiga terlihat sangat tegas dan juga berwibawa di waktu bersamaan. Setidaknya itu menurut saya.
 Ada hal yang lucu, saat ospek itu dia sedang ‘patroli’ di kelas saya bersama dua orang temannya itu untuk memperkenalkan diri bahwa mereka timdis, sekaligus juga anggota ekskul paskibra.
Usai memperkenalkan diri, tupoksi mereka di ospek dan ekskul paskibra, Ka Bardan lalu bertanya apa diantara kami (para peserta ospek) ada yang berminat mengikuti paskibra juga?
Ternyata yang berminat ada banyak sekali. Hampir semua teman kelas saya mengacungkan tangannya. Lalu ka Bardan meminta tiga orang diantara para peminat untuk maju ke depan untuk dites latihan dasar baris berbaris. Seingat saya, dulu yang maju ke depan adalah Atikah, Njun dan Ririn. Ririn ada di paling kanan deret itu, diikuti Njun dan Atikah yang ada di sebelah kirinya.
Ka Bardan lalu meminta mereka untuk menyiapkan barisan dengan aba aba ‘setengah lancang kanan’. Sebagai orang yang berada di paling kanan harusnya Ririn menjadi patokan dan diam, tidak ikut bergeser. Tapi yang terjadi justru Ririn malah ikut menggerakkan kakinya ke arah kanan sehingga Njun dan Atikah yang ada di sebelah kirinya mau tidak mau ikut ikutan bergeser ke arah kanan untuk menyamakan barisan hingga Njun berujar “Ih gimananya..??”.
Semua anak di kelas sontak tertawa melihat ketiga anak itu, yang sedang disiapkan untuk berderet lurus malah bergeser selangkah demi selangkah ke kanan. Ka Bardan, ka Topan dan Mamamun juga ikut tertawa, meski saat itu saya lihat Mamamun hanya tersenyum. Haha saya memang hampir tidak pernah melihatnya tertawa.
Sore ini Bapa saya ke rumah sakit bersama kang Anan, suami teh Susi ke RSU Serang. Kecuali saat berdagang, Bapa sangat jarang membawa hp nya saat keluar rumah.
Sekitar 20 menit setelah Bapa pergi, HP bapa berbunyi. Saya harus mencarinya terlebih dahulu karena Bapa biasanya menyimpannya di tempat yang tidak biasa agar adik2 saya yang masih kecil tidak bisa menjangkaunya.
Setelah saya mendapatkannya, saya lihat di layar adalah Ma’ruf, Kang Ayup! Tapi begitu saya mau menekan tombol angkat telepon, panggilan malah disudahi.
Jujur saya tidak punya firasat apa pun saat itu. Tapi mama sangat khawatir. Mama lalu meminta saya menelepon balik ke kang Ayup. Tapi hp Bapa tidak ada pulsanya.
Kemudian teh Yanah, istri kang Ayup datang bertanya “tadi kang Ayup nelpon ya? Gimana trus kabarnya??”.
Saya lalu ke kamar untuk mengambil hp saya lalu segera menghubungi kang Ayup. Langsung diangkat tapi tidak banyak yang bisa diucapkan karena beberapa detik setelah mama bilang ‘Halo’, telepon langsung terputus. Pulsa saya juga habis!
Tak lama setelah itu ada pak Yanto, tetangga yang selalu membantu keluarga kami mengantarkan Mamamun ke dan dari rumah sakit mengetuk pintu samping. Karena pintu samping terkunci dan kuncinya dibawa Bapa kami jadi tidak bisa membukanya.
Mama lalu menyuruhnya masuk dari pintu depan. Saya tidak begitu mendengar apa yang mereka bicarakan karena saat itu saya sedang mengerjakan pekerjaan yang selalu dilakukan Bapa setiap malam.
Setelah bertemu dengan pak Yanto itu, mama masuk ke rumah dengan wajah yang tampak pucat. Saya mulai khawatir saat itu. Tapi entah mengapa yang saya khawatirkan justru Bapa, saya khawatir Bapa mengalami kecelakaan saat di jalan.
Lalu mama berkata ke teh Yanah, “Tadi disuruh siap2 di rumah idul (rumah selatan/rumah nenek saya), tapi saya disuruh disini aja. Saya tanya, ‘siap2 apa, pak?’ trus pak Yanto bilang, ‘Mamun udah ga tertolong’. Innalillahi..”.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un..
Seketika saya dan teh Yanah beruap istirja’.
Beberapa menit kemudian datanglah mobil hitam bertuliskan mobil jenazah di sebelah kirinya. Tidak ada bunyi sirine. Saya dan mungkin sebagian besar orang kurang suka suara itu. Cukup melihat mobilnya saja sudah membuat saya bergidik takut.
Ya Allah semuanya memang milik Engkau.. tiada kuasa kami untuk tetap memiliki apa yang sebenarnya milik Mu.
Jadi ingat caption foto Corbizer yang kurang lebih begini, ketika kita memilih bunga di taman, kita pasti memilih bunga yang paling cantik. Pun demikian Tuhan ketika memilih jiwa diantara banyak makhluknya, Ia PASTI memilih yang terbaik.
Sekarang Mamamun sudah tidak ada. Ia sudah tenang. Semoga setiap dosanya telah gugur selama ia jatuh sakit sebelum Izroil tiba menjempunya petang ini.
Saya sebagai keponakan Ma’mun meminta maaf atas nama almarhum apabila ia memiliki salah baik sengaja maupun tidak disengaja. Mohon doa juga dari teman2 agar semua amal ibadah almarhum diterima Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

23.52 /25112016
Siti Maesaroh

Wednesday, November 23, 2016

Senang Sedih Harus Tetap Bersyukur (SSHTS)

0 comments
Hari ini rasanya seneng, tapi juga sedih.
Sedih karena dengan berat hati  gw ngejual saham yang dulu, waktu November 2015 paling mahal.. sekitar 5 ribu/lembar. Saham termahal ‘koleksi’ gw itu dari PTBA alias PT Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk.
ptba.co,id
Yang namanya ada Perseronya berarti BUMN. Saham-saham yang gw simpen emang hampir semuanya saham perusahaan BUMN, kecuali dari sektor Perbankan gw ga beli karena itu jelas ga masuk indeks JII (Jakarta Islamic Index) haha :D
Sebenernya gw trading di pasar regular sih, bukan yang syariah. Biar begitu tapi acuan beli gw emang dari JII, bukan LQ45 atau yang lainnya.
Sedih bro.. mungkin kalo bisa gw keep lebih lama tu saham bisa lebih mahal dari price hari ini (23-11-2016). Tapi ya udahlah orang lagi bener2 butuh duit.
Gila ya jurusan gw tu ga jelasnya. Nyuruh kita donasi buku tapi maunya nerima uangnya bukan bukunya. Katanya jurusan udah kerja sama dengan penerbitnya jadi HARUS beli bukunya ke penerbitnya langsung VIA JURUSAN aja. Ga jelasnya tu gara2 harga bukunya lebih mahhhallll dibandingkan harga di toko buku online. Selisih 150rb! Kan gokil. Udah gitu kita GA BOLEH BELI DARI LUAR.. apa-apaan coba. Gimana orang ga curiga ada kongka-kingkong antara jurusan sama si penerbitnya itu. Udah gitu anak yang udah sidang duluan dan udah pada bayar donasi bukunya juga belum ada lagi. Haha gatau dah itu jadi dikemanain uangnya -,-
Hmm jadi karena terdesak oleh hal itu akhirnya, sekali lagi, dengan berat hati gw jual saham PTBA, saham termahal gw itu.
Tapi ada rasa senangnya juga sih. Ya senang dan agak heran, karena ketika gw beli saham PTBA itu tanggal 23 November 2015 trus gw jual ternyata di tanggal yang sama, satu tahun kemudian di tanggal 23 Nov 2016 (siang ini!). Masya Allah ya bisa coincidence gitu :D
Dulu gw belinya seharga 5.975/lembar trus tadi gw jualnya jadi 11.650/lembar.. alhamdulillah haha hampir dua kali lipet gitu ya gain nya :D
Oya, tadi gw liat portofolio gw market valuenya emang jadi hampir setengah dari dana yang udah gw investasiin. Masya Allah banget lah itu.. ngerasa bersyukur banget dulu dapet duit banyak ga jadi gw beliin hp baru tapi malah gw beliin isi kamar, simpen di deposito sama beli saham :D
Oya sebenernya gw investasi saham ga banyak2 banget. Maklum lah masih anak kampus. Gw investasi sebesar bates minimum pembukaan rekening di perusahaan sekuritas yang gw pilih. Karena gw belajar dari bu Fara (dosen analisis portofolio dan investasi) kalo investasi itu kaya nyimpen telur dalam keranjang. Kita sebaiknya ga nyimpen banyak telur di satu keranjang aja tapi dipisah di beberapa keranjang yang beda, jadi kalo satu keranjang jatoh dan telurnya pecah kita masih punya telur di keranjang yang lain. Jadi deh gw beli saham macem2 perusahaan, tapi karena dana investasi gw terbatas jadi di hampir semua perusahaan gw cuma beli satu lot saham doang ahaha
Oya satu lot itu = 100 lembar saham ya kalo sekarang. Dan kalo mau trading (jual-beli) saham tu minimal 1 lot. Jauh lebih murah dibandingin dulu, sebelum gw jadi investor yang 1 lotnya = 500 lembar. Gile bisa kebayang butuh duit berapa banyak buat beli 1 lot saham UNVR (PT Unilever Tbk) yang sekarang harganya nyampe lebih dari 40.000/lembar kalo 1 lot masih 500 lembar XD
Meski udah dijual, duitnya ga bisa langsung withdraw (diambil) tapi nunggu t+3 (3 days after trade) dulu baru masuk rekening efek kita. Tadi gw sampe cerita gitu ke sekjurnya. Trus beliau nyuruh gw ngomong langsung sama pak kajurnya. Yowis besok siang gw bakal ngadep pak kajur. Untung bukan pak sekjur. Gw jauh lebih segan ketemu langsung sama pak sekjur daripada pak kajur. Pak kajur gw tu kayanya tinggal di korem. Asudahlah cerita yang ini ga penting. Yang penting kita harus tetap bersyukur :) duit jangan dihambur-hambur, lebih baik dibelikan saham agar dana kita tidak tergusur (oleh inflasi ;)
Uye ye ye yee~ ada kelezatan balu, mi syedap, wayt kawriyy xD

Thursday, November 10, 2016

Penghubung Masa Depan, Penyambung Persaudaraan

1 comments
Serang, ibu kota provinsi Banten ini adalah kota kelahiran saya. Disini jualah saya dibesarkan hingga saat ini. Mungkin sudah membudaya dalam masyarakat Serang bahwa kita lahir, besar dan nanti mati di kota ini. Kita tidak berpindah atau merantau seperti kebiasaan masyarakat yang ada di daerah lain. Meski saya sendiri sejak lulus SMK dulu sebenarnya ingin melanjutkan studi di luar daerah. Namun karena saya anak perempuan dan Ibu merasa khawatir jika saya pergi terlalu jauh dalam jangka waktu lama, akhirnya saya menurut perintah Ibu dengan tetap tinggal disini dan berkuliah di kampus yang ada di kota bersemboyan ‘Kota Madani’ ini.
serangkota.go.id
Wilayah kota Serang terdiri dari 6 kecamatan, yakni kecamatan Cipocok Jaya, kecamatan Curug, kecamatan Kasemen, kecamatan Serang, kecamatan Taktakan dan kecamatan Walantaka. Jika dilihat dari peta administratif di atas, tampak wilayah kota Serang seluruhnya diitari wilayah kabupaten Serang yang merupakan induk dari kota Serang sebelum pemekaran wilayah di tahun 2007.
Letak kota Serang yang berada di tengah ini menyebabkan hampir setiap jalan di kota Serang menjadi penghubung antarkota dan kabupaten di provinsi Banten. Hal ini tidak begitu masalah sebenarnya jika saja kondisi jalan, trotoar, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), terminal dan halte serta trayek transportasi umum disini diatur dengan tertib sehingga membuat nyaman semua kalangan. Namun yang terjadi justru buruk sekali.
Permasalahan pertama yakni kondisi jalan kota Serang dan infrastuktur pendukungnya. Saya sering heran ketika melihat para pekerja Pekerjaan Umum (PU) yang sedang melakukan perbaikan jalan dan pembersihan jalan. Masalahnya adalah karena hanya jalan-jalan yang di sekitar pusat pemerintahan serta jalan menuju kompleks perumahan orang-orang yang ada di pemerintahan saja yang selalu diperbaiki dan dibersihkan. Sementara jalan-jalan lainnya, yang tidak dilalui oleh orang-orang pemerintahan itu, jalan yang hanya dilalui masyarakat biasa rusak parah dan sudah lama sekali tidak diperbaiki.
Jalan warga yang terletak di seberang RSUD Banten yang menuju kel. Curugmanis, kec. Curug, kota Serang rusak parah dan sudah lama tidak diperbaiki.

Jalan yang telah menjadi tanah karena bebatuannya sudah hilang, saking lamanya tidak diperbaiki ini ketika musim hujan tergenang air dan berlumpur sehingga sulit dilalui, membuat sepatu dan sandal setiap anak sekolah dan masyarakat yang melaluinya kotor. Beruntung masyarakat di sekitar tempat tinggal saya masih suka bergotong-royong. Dengan swadaya masyarakat, sore kemarin (9/11) dilakukan perbaikan jalan dengan bahan seadanya, yakni dengan pasir dan bebatuan sungai. Gotong-royong perbaikan jalan ini sudah dilakukan masyarakat dua kali dalam satu tahun ini. Pertama kali dilakukan saat menjelang Idul Fitri 1437, Juli 2016 lalu. Namun karena curah hujan yang tinggi menyebabkan jalan ini kembali rusak.
Jalan yang sama telah berusaha diperbaiki dengan swadaya masyarakat pada 9/11 lalu.

Permasalahan yang kedua adalah trayek angkutan kota (angkot) di kota Serang. Meski sebagian angkot di kota Serang sudah memiliki nomor trayek di setiap kaca depan dan kaca belakangnya, namun dalam kegiatan operasionalnya angkot ini tak ubahnya seperti taksi ketika penumpangnya hanya satu orang, dan akan menjadi seperti mobil carteran ketika penumpangnya banyak. Jadi ketika ingin naik angkot disini, kita tidak perlu menunggu angkot dengan nomor tujuan kita. Cukup katakan tujuan kita ke sang sopir dan ia biasanya akan langsung menyuruh kita untuk naik.
Bagi warga pendatang, seperti mahasiswa dari luar kota Serang mungkin akan merasa kecele ketika pertama kali naik angkot Serang. Sistem angkut yang tak teratur seperti yang saya uraikan di atas menyebabkan sang sopir terpaksa harus mengantarkan tiap penumpang dengan tujuan yang berbeda dengan mengakses trek jalan berbeda pula sehingga memakan waktu tempuh yang lebih lama. Pengguna angkutan umum di kota Serang memang semakin berkurang. Hal itu mungkin yang menyebabkan tiap sopir merasa serba salah ketika hanya mengangkut penumpang sesuai trek yang tertera di mobilnya yang akan menyebabkan jumlah penumpangnya jadi lebih sedikit jika ia mengangkut semua calon penumpang.
Selain karena kesemrawutan trayek angkutan kota, pembelian kendaraan pribadi seperti mobil dan motor yang semakin dipermudah serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan menyebabkan banyak masyarakat disini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai moda transportasi sehari-hari daripada angkutan umum. Angkot semakin hari semakin ditinggalkan masyarakat. Sayangnya, kejadian seperti ini malah seperti difasilitasi pemerintah kota Serang dengan sedang dibangunnya jalan Ki Ajurum (jalan Serang-Petir) dari yang sebelumnya satu jalur menjadi dua jalur.
Padahal pemerintah kota Serang seharusnya membuat regulasi dan memberikan fasilitas yang merata, dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat serta meningkatkan kesadaran warga akan bahaya kelangkaan energi dan pemanasan global, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang salah satu caranya dengan berhemat energi seperti menggunakan angkutan umum. Pemerintah kota Serang dapat menjadikan kota Bandung sebagai percontohan dalam membuat kebijakan seperti menyediakan angkutan umum berupa bus yang disubsidi pemda sehingga lebih murah dan nyaman, mendukung gerakan naik sepeda (go bike) untuk pergi ke tempat beraktivitas sehari-hari, memberikan subsidi pada unit usaha angkot sehingga angkot dapat beroperasi lebih lancar sesuai trayek yang tercantum di kaca mobil, serta membatasi kepemilikan mobil dan motor dalam satu keluarga.
Semoga suatu hari nanti kota Serang dapat menjadi kota yang aman dan nyaman untuk ditinggali, menjadi pusat percontohan kota dan kabupaten disekitarnya, menjadi kota yang 'benar-benar pantas’ dijadikan ibu kota provinsi Banten dan dapat menjadi Kota Madani yang sesungguhnya. Aamiin.