Sunday, September 26, 2021

Akhirnya, saya resign!

0 comments

Pagi hari itu, 09-09-2021, saya berpamitan di grup whatsapp tempat kerja. Ada beberapa grup, namun yang sudah saya tinggalkan baru tiga : grup dengan atasan, dengan satu tim management dan satu lagi grup dengan crew.'

steemit.com


Resign, suatu hal yang saya inginkan sejak setahun lalu akhirnya terlaksana. Rasanya senang tapi ada sedih juga. Senang karena akhirnya saya bisa bebas (baik secara fisik mau pun psikis :D) dari perusahaan itu, tidak ada hal lagi yang bikin saya rasanya hampir sakit jiwa hahaha.. tapi sedih juga harus berpisah dengan rekan kerja yang sudah saya kenal lama, yang saya anggap keluarga sendiri. Selain itu juga, sedih karena sekarang mau tidak mau, suka tidak suka saya harus minta uang jajan dari suami :’)

Sebagai anak pertama, saya orang yang cukup ‘gengsi’ untuk meminta bantuan, apa pun itu termasuk uang. Daripada repot minta, sebelumnya saya lebih sering memakai uang gaji sendiri untuk keperluan sehari-hari. Saya tidak keberatan untuk hal itu. Pun dengan suami. Dia biasa membayar uang laundry, uang kontrakan, beli makan, air galon, dll dengan uangnya sendiri. Kebanyakan pengeluaran yang besar memang pakai uang dia. Sementara gaji saya dulu, mayoritas ditabung atau diinvestasikan. Hasilnya lumayanlah, cukup untuk membeli mobil bekas.

Awalnya saya berencana mengundurkan diri di akhir bulan Mei 2021, dengan one month notice sehingga awal bulan Juli saya sudah tidak ada di perusahaan itu. Namun oleh satu bos saya ditahan terus wkwkw hingga akhirnya tanggal  Agustus 2021 merupakan hari terakhir saya bekerja di **D

Mungkin hanya perasaan saya saja atau memang begitu adanya, bahwa tuntutan perusahaan kepada kami para pekerjanya semakin hari semakin terasa berat. Tidak hanya menguras tenaga, namun juga waktu, pikiran dan perasaan. Semuanya terkuras habis, bukan hanya di saat jam kerja, namun pada saat di rumah atau libur pun tetap dikuras. Hampir depresi saya dibuatnya.

Namun semua hal itu kini telah berakhir. Betapa bahagianya saya bisa keluar dari semua belenggu itu. Alhamdulillah..

Saat ini saya sedang menikmati hari-hari bebas tugas saya. Membereskan rumah, kadang memasak dan melakukan hobby yang sudah lama tidak saya lakukan adalah aktivitas saya sekarang. Sambil cari info lowker juga.. xD karena saya tidak mau lama-lama jajan dengan uang suami :) juga karena saya ingin membantu banyak orang (lagi) dengan uang hasil kerja saya sendiri.

Oke, sekian dulu cerita saya kali ini. Saya berharap, setelah keluar dari perusaaan itu dan masa ‘rehabilitasi mental’ selesai, saya dapat produktif lagi dalam menulis blog.

Semangatttt!! Ganbatte kudasai~ ^^

Friday, November 8, 2019

Cerita tentang Pekerjaan Saya

0 comments

Heeey udah lama banget ya saya gak nulis disini!! Hihiii
via idntimes.com
Mungkin karena dulu pas masih anak kampus waktu luang saya masih banyak banget.. jadi kayanya saya lebih gampang aja gitu nyempetin waktu buat menulis, terutama menulis blog.

Selain itu juga mungkin karena dulu sama sekarang energinya agak berbeda ya. Hahah ngeles banget.. padahal males mah males aja kalik ;p

Ya dulu saya masih kuliah, masih anak kampus, sering keluyuran muter-muterin Jakarta sampe jadi hapal jalan-jalan utamanya (lebih hapal daripada jalan di Serang). Jadi tahu sedikit-sedikit tempat nongkrong yang lumayan fancy disana hahaha..meski untuk ke tempat yang jadi tujuan wisata, seperti monas dan ragunan saya belum pernah sih hahak..lucu emang :p

Sekarang saya sudah bekerja, jadi kuli! Heheee

Pada dasarnya bekerja untuk orang lain alias jadi anak buah gitu kan ‘kuli’ namanya. Cuma beda apa yang dikerjain aja sih sama kuli pada umumnya hehe

Sejak beberapa saat setelah saya lulus, saya diterima bekerja di salah satu restoran cepat saji asal US. ada yang bisa tebak saya bekerja dimana?

Jabatan saya waktu awal masuk adalah MT (Management Trainee). Saya ditempatkan di salah cabang restoran tsb yang ada di kota asal saya. Awalnya bagi saya tidak masalah bekerja di mana saja, selama itu halal. Nyatanya, hingga detik saat saya menceritakan kisah saya ini ke kamu iya, kamu~ saya masih bekerja disini.

Menjadi TM di bulan Maret 2017, saat ini saya sudah menjadi 2nd Assistant Manager (seringnya dipanggil ‘second’) di cabang restoran yang berada di Tangerang.

Bekerja disini rasanya enak ga enak. Mungkin setiap tempat kerja juga begitu ya

Bagi saya enaknya bekerja disini, saya punya kesempatan untuk bekerja dengan waktu yang fleksibel, namun juga harus terencana. Artinya, jika pada suatu tanggal saya ingin libur karena ada suatu acara, saya bisa meminta request untuk libur di hari itu, tapi harus disampaikan setidaknya di bulan sebelumnya saat schedule untuk bulan yang saya request berjalan.

Hal ini sebenernya bisa saja dilakukan di perusahaan lain, dengan mengambil jatah cuti. Hey tapi berbeda dengan yang saya ceritakan sebelumnya, ini namanya request tanggal libur, bukan request untuk cuti. Sehingga jatah cuti saya masih utuh selama saya belum mengambilnya.

Hal lain yang membuat saya nyaman bekerja di tempat saya adalah karena saya bisa berinteraksi dengan orang banyak. Sejujurnya saya tipe orang yang tidak mudah bergaul. Namun di tempat kerja saya, mau tidak mau, suka tidak suka saya harus bercakap dengan crew, berbincang dengan customer, vendor, supplier, dll dan saya menyukai hal itu. Itu adalah beberapa hal yang saya suka di temapat kerja saya saat ini

Bagaimana dengan hal yang saya tidak enak?

Ada banyak juga sih haha.. tapi tidak usahlah saya banyak cerita disini mengenai hal yang kurang saya senangi. Nanti kalo kebanyakan dikira ngeluh lagi :p heehe padahal kan meski ada keluhan, sebisa mungkin tidak usah dibesar-besarkan, yang harusnya digedein itu rasa bersyukur agar hidup kita bisa lebih tenang dan bahagia J

Contoh satu hal yang saya kurang suka disini adalah sistem kerjanya yang shifting. Iya, jam kerja saya emang shift. Makanya pada awal masa kerja, hingga sekarang sudah dua tahun lebih saya kadang agak belum bisa mengatur waktu dengan baik.

Waktu untuk bekerja dan waktu untuk kehidupan pribadi.

Kerja, kerja, kerja bagai kuda!!
Hahaha

Tapi gak boleh begitu :p hehe bawa santai aja.. semua baik-baik aja kok sampe sekarang, biar pun saya bekerja secara shift ;p

Ok deh menurut saya ini sudah cukup panjang untuk ukuran tulisan saya yang biasa-biasa aja, yang nulis dengan menuruti filosofi, menulis adalah menulis. Karena menulis kan memang menulis :D

via medium.com

Bye for now!~

Sampe baca tulisan absurd terbaru saya selanjutnya!!:)


SM









Tuesday, December 13, 2016

Yuk Bersama Sukseskan Gerakan Nasional Non Tunai!

0 comments
Dua tahun lebih, tepatnya sejak Agustus 2014 lalu pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) meluncurkan program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Selama masa itu, saya belum melihat kemajuan yang benar-benar tampak jika sedang berada di kota saya, Serang. Tempat-tempat yang bisa saya gunakan untuk ikut serta mensukseskan program itu disini masih sangat terbatas. Belum banyak masyarakat (baik penjual maupun pembeli) yang sadar akan penting serta mudahnya bertransaksi dengan uang non tunai.
Oya, uang non tunai disini bukan hanya berarti kita membayar suatu barang/jasa dengan kartu kredit ya! Uang non tunai disini lebih tepat diartikan sebagai alat pembayaran tunai selain uang kertas dan uang logam yang masih biasa kita gunakan sehari-hari. Contoh uang non tunai adalah kartu debit, kartu prabayar seperti Mandiri emoney, BNI tap cash, flazz BCA, BRI Brizzi serta aplikasi pembayaran pada smarphone yakni UANGKU, Gopay, Mandiri ecash, SAKUKU BCA, Indosat Dompetku, T-cash Telkomsel, XL Tunai dll. Nah segala bentuk pembayaran ‘tunai’ dengan media pembayaran di atas inilah yang disebut ‘non tunai’ yang dimaksudkan oleh pemerintah melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau smart money wave.
Beberapa contoh alat pembayaran nontunai
Meski di Serang program GNNT ini belum begitu berkembang, hal yang berbeda jika saya sedang berada di Ibu Kota dan sekitarnya, saya bisa sehari-dua hari tidak memakai uang tunai. Mungkin seandainya saya tinggal di Jakarta lebih lama saya memang tidak membutuhkan uang tunai lagi karena hampir seluruh kebutuhan bisa dibayar dengan uang elektronik yang berupa kartu atau aplikasi di smartphone yang saya gunakan.
Saya pernah mendengar cerita yang menarik di Jakarta dari Fanny Verona, pemateri nangkring social media marketing bersama Kompasiana. Ada seorang pedagang gorengan yang menggunakan QR code generator di telepon pintar yang ia gunakan sebagai media pembayaran bagi pembeli yang ingin membeli barangnya via UANGKU atau aplikasi lainnya yang dapat melakukan pembayaran di tempat dengan melakukan pemindaian (scanning) kode QR. Menurut saya itu menarik sekali karena pihak yang memberikan QR code untuk pembayaran biasanya hanya entitas bisnis besar seperti restoran, café dan hotel. Ini pedagang dalam skala UKMM di Jakarta bisa menggunakan kode QR. Benar-benar mantap jiwaaa..
Contoh kode QR (Quick Response) via qr-code-generator.com
Sejak saat itu saya jadi tertarik untuk menelusuri aplikasi apa yang digunakan pedagang tersebut dalam memberi kode QR untuk transaksi pembayarannya serta bagaimana cara untuk memperoleh dan menjalankan aplikasi tersebut. Sayangnya hingga saat ini saya belum benar-benar menemukan jawaban atas rasa penasaran saya itu.
Aplikasi QR code generator tentu sangat bermanfaat bagi berbagai pihak mulai dari para pelaku bisnis seperti pedagang, sopir angkutan umum dan toko retail hingga organisasi nirlaba seperti yayasan atau badan amal lainnya dalam mengumpulkan donasi. Hal ini karena selama ini yang banyak berkembang adalah media pembayaran untuk pembeli, sedangkan media sejenis untuk penjual/penerima dana masih belum banyak dikembangkan.
Dengan adanya QR code generator, pihak penjual cukup memberikan QR code pembayaran kepada pembeli, lalu pembeli men-scan QR code tersebut via aplikasi pembayaran di smartphonenya, lalu muncul konfirmasi pembayaran yang akan dilakukan pembeli. Setelah menekan tombol OK, taraaa pembayaran telah sukses dilakukan dari genggaman kita langsung tanpa perlu membuka dompet lagi. Saya rasa ini adalah gambaran masa depan pembayaran segala jenis transaksi langsung kita suatu hari nanti. Semoga saja hari itu akan segera tiba. Aamiin.

Bisa dimulai dari sekolah
Saya dulu pertama kali membuka rekening tabungan di bank saat kelas XI SMK. Saat itu saya mendapat bantuan pendidikan dari Wardah Foundation yang mengharuskan setiap penerimanya memiliki rekening tabungan di Bank. Jadilah itu awal mula saya memiliki rekening tabungan dan mengenal pelayanan di bank dalam kehidupan nyata.
Saya pikir Gerakan Nasional Non Tunai ini dapat berjalan sukses dengan diawali pengenalan produk perbankan di sekolah. Bukan hanya secara teoritis saja, namun setiap siswa juga diwajibkan untuk memiliki rekening tabungan di bank, mengingat siswa di daerah rata-rata memang tidak memiliki rekening di bank jika tidak diwajibkan. Pengaplikasiannya bisa diterapkan pada siswa kelas XI atau kelas XII karena siswa di tingkat ini rata-rata telah berusia 17-18 tahun sehingga sudah memiliki KTP yang menjadi salah satu persyaratan pembukaan rekening di bank.
Dengan memiliki rekening di bank, akses para siswa, yang setelah lulus SLTA nanti menjadi pekerja, mahasiswa atau berwirausaha untuk mengenal dan melakukan pembayaran dengan uang non tunai menjadi semakin terbuka. Hal ini didukung dengan kepemilikan smartphone pada hampir seluruh kalangan masyarakat, termasuk para siswa di sekolah. Di samping itu, untuk lebih mensukseskan GNNT, pihak-pihak terkait juga seyogyanya menyediakan media pembayaran dari penjual yang lebih mudah (seperti QR code generator di atas) serta dapat tersebar merata di seluruh Indonesia.

Karena non tunai adalah kebutuhan
Saya sangat mendukung adanya GNNT ini. Menggunakan uang non tunai terasa jauh lebih aman dan nyaman.
Uang non tunai lebih aman karena kita tak perlu khawatir adanya uang palsu. Uang non tunai yang digunakan adalah uang elektronik berbentuk kartu dan aplikasi dalam smartphone sehingga uang milik kita jadi lebih aman dari pencuri atau pencopet. Berbeda dengan uang tunai yang mudah rusak dan kotor, uang non tunai juga bersifat tahan lama dan mudah dibersihkan. Selain itu, dengan menggunakan uang non tunai dompet kita juga jadi lebih awet karena hanya berisi uang tunai secukupnya saja.
Uang non tunai juga lebih nyaman digunakan karena kita cukup mengambil kartu atau smartphone saat memakainya. Saat membayar kita cukup memastikan jumlah yang harus kita bayarkan sesuai dengan barang/jasa yang kita beli tanpa perlu menghitung jumlah uang yang harus dibayarkan. Bayangkan jika menggunakan uang tunai, selain kita harus menghitung jumlah uang uang akan dibayarkan, jika ada uang kembalian kita juga harus menghitung ulang uang tersebut agar tidak ada kesalahan. Menggunakan uang non tunai jauh lebih aman, nyaman dan praktis, bukan?

Jadi, ayo kita bersama-sama mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai alias smart money wave!
Cause smart people use smart money!