Seperti yang pernah saya
ceritakan sebelumnya, saya tipikal orang yang mudah kagum, tapi lekas pula rasa
kekaguman tersebut hilang. Tapi tidak untuk satu orang ini... :)
Dia, bisa dikatakan
teman masa lalu saya. Dulu, sebelum rasa kekaguman ini ada, saya tidak pernah
merasa ada yang spesial dengan dia, bahkan saya kadang merasa sebal jika ada
teman satu kelas yang membicarakan dirinya. Kala itu, saya pikir, apa sih
lebihnya dia? Sampai saat ini pun—kadang—saya pikir, dia biasa saja. Dia
berkulit cokelat, sama seperti saya, dia tidak begitu tinggi (tinggi saya
nyaris sama dengannya), dia bermata agak sipit (ada yang mengatakan sih,
saya juga agak sipit), dia suka pelajaran eksak, terutama matematika (saya juga
‘sedikit’ suka), dan yang terakhir saya sebutkan, mungkin merupakan salah satu
nilai plus bagi dia.
Satu hari spesial yang
mungkin masih saya ingat dari dia adalah ketika....... (emm, maaf ya, tidak
bisa saya sebutkan, malu kalau sampai dia tahu bahwa tulisan ini adalah tentangnya).
Intinya, di hari itu (dan mungkin hari-hari sebelumnya) saya sangat bahagia.
Entahlah, saat itu, suatu
takdir membuat saya dan dia one step closer :). Ya, saya tahu
sih, kala itu, dia sudah mempunyai seorang pacar. Dan jujur, pada hari-hari
kita diharuskan dekat itu, saya sering sekali melihat cewenya melirik-lirik
sinis setiap berpapasan dengan saya. Meski tidak diapa-apakan, tapi tetap saja,
saya kadang merasa tidak enak hati kalau begini terus, tapi mau bagaimana
lagi?? kita ‘kan memang harus dekat demi hal itu. Hmm..
Rasanya geli, beberapa
hari kemarin, saya iseng mengetikan namanya di searching box yang ada di
facebook, via mobile. Kita sudah berteman, tapi saya tahu, dia juga memiliki
beberapa akun fb lain yang tidak ‘friend’ dengan saya. Saya iseng mengeklik
akun fb dia yang lain, yang bernama “...... ...... Part II”. Dan, yang bikin
saya terkejut sekaligus geli ingin tertawa adalah satu status update dia yang tertulis
:
Gwa tau, lo diem2
sering merhatiin gwa kan?? Ngaku dehh, buktinya banyak.. wkawk
Hahaha.. saya
sebenarnya tidak tahu sih, status itu ditujukan untuk siapa. Tapi entah, kala
itu dada saya berdesir, rasanya malu, juga geli, padahal belum tentu ‘kan
status itu ditujukan untuk saya? Tapi kok, saya agak merasa kalau itu untuk
saya? Kege-eran kah? Entahlah..
Dia. Saya selalu ingin
dekat dengannya. Berdiskusi banyak hal, mendengarkan musik, bernyanyi, tertawa
bersama. Yaa, saya tahu sih, dia itu—dengan segala kesederhanaannya—banyak
disukai oleh perempuan lain. Saya sangat tahu itu. Dan saya tidak mengharapkan
dia menjadi orang spesial dalam hidup saya. Cukup menjadi teman ngobrol yang
menyenangkan saja, saya sudah sangat senang :)
Tapi kini, kita
terpisah. Saya melanjutkan studi saya ke universitas, sedangkan dia bekerja.
Kita hampir tidak pernah lagi ber-sms-an, saling komentar status dan lainnya.
Kalau tidak sedang terdesak atau sangat perlu, saya sebenarnya tipikal
perempuan yang malas (mungkin lebih tepatnya malu) untuk memulai sms dengan
orang lain, biar pun orang itu sudah sangat dekat dengan saya. Entah mungkin
malu, malas, gengsi, atau lainnya. Hahh
Tapi jujur, sebenarnya
saya ingin sekali bisa berdiskusi lagi dengannya, tentang banyak hal. Sekolah,
musik, film, anime, sampai tentang pemerintahan kita diskusikan. Dan saya
sangat senang karena ia selalu mau mendengar apa yang saya katakan. Jujur,
suara saya yang ‘kecil’ (dan kadang dengan susunan kalimat yang agak
membingungkan) kadang membuat banyak orang malas berlama-lama mendengarkan apa
yang saya bicarakan. Hal ini mungkin karena kemampuan komunikasi lisan saya
yang kurang baik, entah saya tidak tahu. Tapi kalau dengan dia, dia selalu mau
mendengar celotehan saya, juga bernyanyi, tertawa.. ah, senangnya :)
Tapi pertanyaan
selanjutnya, Mungkinkah??
P.S : this is just.. umm yeah.. fiction story.. haha.. if there's something same, there's just coincidence :) xoxo @cit_mayZ
P.S : this is just.. umm yeah.. fiction story.. haha.. if there's something same, there's just coincidence :) xoxo @cit_mayZ
ngocak nih postingan :p :p
ReplyDelete