10
tahun dari sekarang, jika Allah masih memberikan saya nafas kehidupan, maka saat
itu saya berusia 32 tahun. Usia yang matang menurut saya. Di usia itu mungkin saya sudah memiliki suami dan juga satu atau dua orang anak.
Sedari
kecil saya memiliki banyak sekali impian. Sebagian diantaranya adalah mimpi-mimpi yang besar, ada juga beberapa mimpi
yang sangat besar sehingga amat terdengar mustahil untuk diraih. Namun saya selalu percaya kekuatan mimpi. Juga kekuatan doa. Keinginan kuat dan kerja
keras insya Allah mampu menuntun kita mencapai mimpi yang ingin kita raih.
Ada
satu keinginan besar yang sangat ingin saya dapatkan sedari saya SMP dulu, yang
jika dihitung dari tahun 2016 ini bukan untuk dalam jangka waktu 10 tahun lagi,
tapi untuk 5 tahun dari sekarang. Keinginan itu adalah memiliki rumah sendiri.
Tampak mustahil bukan?
Bagaimana
mungkin seorang mahasiswi biasa seperti saya bisa memiliki rumah sendiri? Saya belum bekerja, saya masih ‘murni’ seorang pelajar di sebuah perguruan tinggi
negeri. Di kelas, bisa dikatakan saya juga biasa saja. Namun saya suka dan senang
sekali menantang diri sendiri untuk mencoba hal-hal baru. Tentunya, dalam ranah yang
positif. Saya juga senang bertemu dengan orang-orang baru. Bagi saya itu sangat
mengesankan dan ada rasa bahagia jika saya melakukannya. Oya, selain mencoba
hal-hal baru dan bertemu orang-orang baru, saya juga senang dengan perkembangan
teknologi informasi (internet) sekarang. Di media ini saya menemukan banyak
sekali peluang yang dapat dicoba. Disini juga saya bisa menemukan hal baru dan
teman baru, meski pun tidak secara langsung.
Saya senang mencoba mengikuti berbagai kontes, lomba dan bahkan kuis di dunia maya.
Beberapa yang saya coba ternyata membuahkan hasil. Hasil yang didapat sangat
cukup untuk saya yang hanya mahasiswi pas-pasan.
Seperti
di akhir tahun 2015 lalu, saya mendapatkan hadiah dari lomba menulis ulasan (review) sebuah gadget terbaru di blog. Hadiah yang diberikan adalah gadget yang
diulas itu sendiri. Harganya tentu sangat mahal. Karena gadget yang saya dapatkan
itu terlalu mewah dan harga jualnya yang ‘wah’ akhirnya saya jual gadget itu.
Uang penjualannya lalu saya gunakan untuk menebus beberapa impian saya.
Kebanyakan
mimpi saya memang berupa materi, satu hal yang sepertinya banyak kurang dalam keluarga saya. Saya bukannya tidak bersyukur atas apa yang telah keluarga saya miliki, hanya saja saya memang membutuhkan materi itu. Itu adalah hal
yang mungkin bagi sebagian orang hal yang amat lumrah untuk dimiliki. Sebut
saja, tempat tidur dan lemari. Apakah kedua benda itu sebagian besar orang
memilikinya? Saya rasa iya. Tapi tidak begitu dengan saya yang baru memilikinya
setelah mendapat uang hasil penjualan gadget itu. Dan rasanya luar biasa!
Sangat senang bisa membeli barang-barang kebutuhan saya dengan uang hasil usaha saya sendiri (tidak meminta orang tua).
Intinya, uang
hasil penjualan gadget itu kemudian saya bagi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk
sedekah, satu bagian untuk belanja dan satu bagian lagi untuk investasi.
Berinvestasi
juga merupakan mimpi saya sejak dulu yang alhamdulillah sekarang sudah
tercapai, meski belum 100%. Tapi saya amat bersyukur, terima kasih ya Allah. Dengan uang investasi
itulah, kelak saya berencana membangun atau membeli rumah yang saya impikan.
Investasi
syariah adalah yang saya pilih. Hal ini didasari atas satu kesadaran bahwa kita yang beragama Islam, akan lebih baik untuk mulai berusaha menjalani
hidup sesuai dengan aturan (syariat) yang telah ditetapkan Allah, bukan hanya dalam hal ibadah, seperti sholat dan puasa tapi juga kehidupan sehari-hari seperti manajemen keuangan secara syariah agar insya Allah kehidupan kita menjadi lebih berkah.
Investasi
syariah yang sudah saya lakukan adalah membuka rekening deposito syariah, menjalankan
bisnis tour and travel bersama empat
orang teman dan membuka rekening saham di pasar modal syariah.
Memiliki
deposito adalah salah satu mimpi saya sejak SMP. Saat itu saya pikir orang yang
memiliki rekening deposito sangat luar biasa dan memiliki masa depan yang terjamin. Dibandingkan
tabungan biasa, deposito lebih aman dari godaan kita sendiri dalam memakainya,
karena tidak bisa diambil/dipakai secara praktis seperti hanya dengan melalui ATM
dan EDC. Meski nominal uang yang saya simpan sebagai deposito tidak begitu besar,
tapi saya senang sekali karena satu mimpi saya telah terwujud. Jika tidak
membutuhkan dana besar yang mendadak untuk keperluan yang penting sekali, saya berencana tidak akan mengambil deposito ini hingga 10 tahun kedepan, atau
bahkan lebih. Bisa jadi dana itu akan menjadi salah satu bekal untuk masa tua,
sehingga saya dan suami kelak tidak perlu merepotkan anak-anak.
Menjalankan
bisnis bersama tim itu sebenarnya tidak begitu saya rencanakan. Saat itu saya dan empat teman merasa tertarik untuk memulainya setelah mengikuti sebuah acara workshop kewirausahaan.
Meskipun kesannya ‘mendadak’ namun kehadirannya amat saya syukuri. Dari bisnis yang telah
berjalan kurang lebih enam bulan ini kami bisa belajar banyak hal, seperti memanajemen
usaha dan perusahaan.
Nah,
untuk berinvestasi di pasar modal syariah juga merupakan mimpi saya sejak SMP. Saya rasa menjadi investor saham itu sangat mengagumkan. Saya sempat
berpikir bahwa yang bisa menjadi investor hanya para’boss’ yang memiliki
banyak uang, dan juga sepertinya tidak akan terwujud jika saya masih kuliah. Ternyata
setelah saya membaca berbagai literatur di buku dan internet, sekaligus
mengikuti beberapa pelatihan tentang pasar modal, kedua anggapan terakhir saya itu
salah besar. Tidak benar jika investasi di pasar modal hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak. Investasi di pasar modal bisa dilakukan siapa saja,
termasuk mahasiswa seperti saya pun bisa melakukannya.
Mengenai mimpi saya memiliki rumah sendiri itu. Saya ingin rumah dua lantai dengan bangunan yang tidak begitu besar namun memiliki halaman yang luas. Halaman rumah itu akan saya tanami cangkokan pohon mangga dan/atau jeruk, tanaman bunga-bunga, tanaman jahe-jahean, cabai rawit, tomat, dan juga tanaman sayur yang lain.
Mengenai mimpi saya memiliki rumah sendiri itu. Saya ingin rumah dua lantai dengan bangunan yang tidak begitu besar namun memiliki halaman yang luas. Halaman rumah itu akan saya tanami cangkokan pohon mangga dan/atau jeruk, tanaman bunga-bunga, tanaman jahe-jahean, cabai rawit, tomat, dan juga tanaman sayur yang lain.
this is probably my future house :) (shabbyfufublog.com) |
Lima
tahun dari sekarang, di tahun 2021, insya Allah saya akan memiliki rumah. Untuk meraihnya, salah satu cara yang sedang dan akan saya lakukan adalah dengan berinvestasi saham, yakni dengan membeli saham-saham baik yang terindeks di Jakarta Islamic Index (JII) dan Daftar Efek Syariah (DES) sebagai modal saya dalam membangun rumah.
Lalu
apa keinginan saya 10 tahun yang akan datang? Jawabannya adalah pergi haji satu
keluarga!
Saya ingin pergi beribadah haji bersama suamiku kelak, mama dan papa. Saat usiaku 32 tahun nanti saya mungkin sudah memiliki anak. Saya ingin, saat berangkat haji itu saya sedang
dalam kondisi hamil muda, hamil anak kedua. Sedang anak pertama kami, akan saya titipkan
sementara kepada bibi yang paling muda (adik bungsu papa), yang 10 tahun
nanti berusia 33 tahun.
Going hajj with family will be more awesome, right? (oocities.org) |
Saya berharap
10 tahun yang akan datang, segala macam urusan berkaitan dengan pemberangkatan
ibadah haji di Indonesia dapat lebih baik sehingga para calon jamaah tidak
perlu mengantri lama sampai bertahun-tahun untk dapat menunaikan ibadah haji.
Apakah dananya cukup jika untuk memiliki rumah juga?
Apakah dananya cukup jika untuk memiliki rumah juga?
Hey!
Impossible is nothing, tidak ada hal yang mustahil. Segalanya serba mungkin. Bisa saja dalam lima tahun
yang akan datang itu saya bisa memiliki rumah dengan cara ‘patungan’ dengan
suami atau mendapat hadiah dari kegiatan yang saya atau suamiku ikuti.
Sesungguhnya Allah
Maha Kaya. Soal rezeki, tinggal dekati, cintai Yang Maha Memiliki. Kita tak perlu khawatir,
Allah bersama kita sahabatku..
Cara
saya mengumpulkan dana untuk ibadah haji itu sama dengan cara saya dalam
mendapat dana untuk membeli rumah, yakni dengan berinvestasi saham dengan cara membeli saham sedikit demi
sedikit, karena saat ini uang saya memang belum banyak. Dengan imbal hasil yang cukup menjanjikan, saya merasa sangat optimis dapat meraih impian-impian saya tersebut dalam rentang #10TahunLagi dari sekarang.
0 comments:
Post a Comment