Hello semua! Wah di bulan April lalu tak terasa sudah genap 20
tahun saya hidup di bumi ini. Ada begitu banyak kebaikan alam yang sudah
diberikan Tuhan untuk diri saya. Mulai dari air, udara, tanah, api dan hal
lainnya. Hehe sudah seperti elemen kekuatan pada serial Avatar, The Legend of
Aang saja ya :D Tapi ya begitulah. Tuhan begitu baik, untuk semua kenikmatan
yang telah Ia berikan saja, kita tidak perlu membayarnya. Semuanya, apabila
kita melestarikan alam dengan sebaik-baiknya, niscaya akan memberi kenikmatan kembali
untuk diri kita.
Saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang telah menanamkan
rasa cinta lingkungan kepada saya dan adik-adik saya sejak kecil. Terutama
Mama, beliau sangat senang berkebun. Halaman depan dan belakang rumah kami
ditanami banyak tanaman yang bermanfaat. Untuk di pekarangan depan rumah,
selain menanam bunga Mama juga menanam cabe rawit. Tanaman cabe rawit ini jadi
pagar tanaman di depan rumah sederhana kami sehingga tampak segar dan asri.
Oleh Papa, di bagian samping kanan rumah juga ditanami dua pohon mangga
cangkokan. Sedangkan di bagian belakang, Mama menanam banyak tanaman
rempah-rempah seperti lengkuas, sereh, kunyit dan jahe. Selain itu, kadang Mama
juga menanam pohon ubi jalar, singkong dan talas. Selain sebagai konsumsi
sendiri, tanaman rempah-rempah yang Mama tanam biasanya akan dipanen dan dijual
pada saat menjelang Hari Raya oleh Papa, sedangkan tanaman ubi-ubian biasanya
akan Mama olah sebagai camilan.
Oya, beberapa hari yang lalu saya dan adik saya membantu Papa
menanam tanaman kacang tanah di sepetak tanah milik Kakek di belakang rumah,
tanaman ini kata Papa insya Allah dapat dipanen di bulan Ramadhan nanti.
Menjelang Lebaran, biasanya Mama saya akan membuat beberapa macam kue
tradisional yang menggunakan kacang tanah sebagai salah satu bahan bakunya,
seperti kue gipang, kue rempeyek dan kue biji ketapang. Jadi kata Papa, kita
nanti tidak perlu membeli kacang tanah dari pasar lagi alias bisa berswasembada
kacang tanah! Hehe :))
Well, di atas itu tindakan Papa dan
Mama saya dalam aksi Go Green. Namun, selama dua puluh tahun usia saya ini, apa
sajakah hal yang saya sendiri lakukan dalam menjaga kelestarian bumi??
Pertama, setiap ke kampus saya lebih memilih berjalan kaki untuk
sampai di tempat pemberhentian bis, lalu naik bis untuk sampai disana. Pergi ke
tempat-tempat tertentu yang tidak begitu jauh ( < 5 KM), juga dengan senang hati
saya tempuh dengan berjalan kaki. Saya selalu berfikir, saya ‘kan masih muda..untuk
berjalan kaki sedekat itu sih saya masih bisa dan kuat menempuhnya. Mungkin
terkesan sepele ya, tapi jika seperempat saja masyarakat Indonesia mau berjalan
kaki dan menggunakan transportasi publik. Bayangkan! Betapa akan berkurangnya
emisi karbon yang keluar. Oya, penggunaan energi fosil di negara kita masih
cukup tinggi ditambah penggunanya yang dari hari ke hari semakin bertambah.
Padahal, energi fosil ini membutuhkan waktu berjuta-juta tahun untuk dapat terbentuk
dan pada suatu hari nanti pasti akan habis. Jadi sudah seharusnya pemerintah
menekan angka penjualan penggunaan kendaraan bermotor, dukung
renewable energy dan ciptakan
transportasi publik yang murah dan nyaman sehingga masyarakat mau untuk dapat move on dari kendaraan pribadi ke kendaran
umum.
Kedua, saya selalu mematikan lampu ketika siang hari dan ketika
tidur. Jadi, selain dapat menghemat pembiayaan listrik, ternyata aksi ini juga
dapat menghemat cadangan energi pembangkit listrik kita yang juga kebanyakan
digerakan oleh energi fosil, jadi dapat digunakan di masa yang akan
datang. Selain mematikan lampu, hal lain yang dapat dengan mudah kita semua
lakukan untuk menghemat listrik adalah mencabut kabel perangkat elektronik yang
biasanya menempel terus-menerus di stop kontak apabila kita sudah selesai
menggunakannya. Hal ini karena biarpun colokan
tersebut terkesan tidak digunakan namun masih mengambil daya listrik sehingga menyebabkan
energi listrik terbuang percuma.
Saya sering sekali menjumpai hal tersebut di kosan teman-teman dan
bahkan di rumah saudara saya ketika berkunjung. Saya selalu miris melihatnya.
Saya sering kali berfikir, ini bukan lagi “Kamu sanggup gak nanti bayar listriknya?”
tapi “Kamu nanti bisa menjamin gak anak cucu kamu nanti kebagian listrik??”.
Jadi, mulai sekarang ayo sama-sama kita berhemat listrik!
Dilihat dari perspektif ekonomi makro (karena saya mahasiswi ekonomi,
hehe..), berhemat listrik, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor berarti membantu
pemerintah dalam meminimalisasi realisasi atas anggaran subsidi BBM dan subsidi
listrik kita. Sudah tahu ‘kan? Kalau BBM dan listrik yang kita gunakan untuk
kehidupan sehari-hari itu disubsidi? Dari mana asal uang subsidi itu?
Kalau bukan dari pendapatan pemerintah (yang notabene didapat dari
pajak) tentu dari hasil hutang luar negeri, privatisasi asset negara atau
penerbitan surat obligasi negara. Kalau dari pajak sih mending, setidaknya kita bisa
berasumsi “Itu berarti kan listrik kita disubsidi pakai uang kita sendiri”.
Tapi, coba sadar dan buka mata kepala dan hati kita baik-baik. Pendapatan
negara mayoritas (90% lebih) memang dari pajak. Namun itu tidak berarti apa-apa
jika anggaran belanja negara begitu besar, lebih besar dari pendapatan yang
diperoleh. Hal ini berarti APBN mengalami defisit, negara kita harus menomboki kekurangan atas anggaran belanja yang
diantaranya untuk subsidi BBM dan listrik ini dengan hutang luar negeri
misalnya. Jadi, kita beli BBM dan bayar listrik disubsidi dari hutang dan..gaji
para pegawai negeri sipil kita itu pakai hutang juga.
Nah, jika realisasi penggunaan anggaran subsidi listrik dan BBM
kita dapat ditekan dalam jumlah besar (karena kita sudah beralih menggunakan
transportasi publik dan berhemat listrik), bukankah akan ada "sisa
anggaran yang dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat dan
lebih mensejahterakan rakyat? Sebut saja misalnya memberi beasiswa para siswa
miskin untuk dapat bersekolah, memberi jaminan kesehatan kepada masyarakat,
membangun jalan dan jembatan demi menopang laju pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah, dll. Ada begitu banyak hal yang dapat kita lakukan jika saja kita mau
tidak malas dan mau untuk peduli.
Mungkin kita berfikir, sebegitu signifikan ‘kah kepedulian kita
dengan berhemat listrik dan menggunakan transportasi publik terhadap
perekonomian negeri ini? Tentu saja ini akan sangat berpengaruh singnifikan. Tidak
hanya perekenomian Indonesia, tapi juga terhadap kelestarian bumi. Apalagi jika
kita melakukannya bersama-sama dalam jumlah banyak dan berkesinambungan. Renungi,
syukuri dan jaga segala kenikmatan yang diberikan-Nya.
Ini aksiku, mana aksimu? :D
0 comments:
Post a Comment