Sunday, December 1, 2013

Bukan Kondom tapi PENGAMAN


Ketika dulu ada tim penyuluhan AIDS yang datang ke SMAku, mereka (yang bisa disebut juga suruhan pemerintah) menyuruh kami salah satunya untuk menggunakan kondom jika berhubungan seks. Aku selalu berpikir begini: kenapa pemerintah menyuruh kami membeli kondom, bukannya menyuruh kami menjauhi seks bebas, seperti memberi sex education.

Bahkan juga di tivi, iklan hari AIDS sedunia selalu dibintangi artis dan aktor kawakan yang berwibawa, juga menyuruh menggunakan kondom. Kenapa di iklannya tidak disuruh menjauhi seks bebas…? Khususnya untuk kaum muda, dengan berbagai ancaman di dunia dan akhirat.

Tadinya aku berpikir bahwa kewajiban pemerintah hanyalah menjamin keselamatan warganya di dunia, urusan akhirat belakangan. Sehingga kalau mau seks bebas ya silakan saja, asal pakai kondom supaya tidak tertular virus HIV. Oh iya, aku hanya membahas bagian seks bebas. Jarum suntik narkoba dan sebagainya, mungkin tanyakan saja pada ahlinya. Bukan si cemienisme tentunya, hehe.

Namun lama-lama aku menyadari, bahwa menyuruh orang untuk tidak melakukan seks bebas itu sama sulitnya seperti mencegah perburuan hewan langka. Kita bisa berdiri sambil memegang teropong dari menara tinggi di atas hutan, namun kita tidak bisa mengawasi semua yang terjadi di bagian dalam hutan yang tertutupi pepohonan rimbun, gelap, dan susah dimasuki. Mungkin pemerintah merasa tidak bisa mengatur moral warganya, namun masih bisa mengusahakan untuk mengatur pencegahan atas akibat dari penyimpangan moral tersebut.

Begitu juga aku, yang ingin terus berusaha memberi shock terapi bahaya seks bebas. Namun ceramahku tidak akan bisa mengalahkan besarnya hawa nafsu dan keinginan mencoba seks dari para remaja. Mereka sendiri yang harus mengendalikan dirinya sendiri.

Tertular virus HIV ‘kan hanya salah satu dari risiko berhubungan seks bebas. Masih banyak risiko lain seperti kehamilan, pernikahan dini, dan rusaknya masa depan. Akan tetapi seiring makin lihainya anak muda kita dalam dunia seks, membuat segala risiko itu seolah gampang dihindari, dan main jauh sebelum semua itu jadi sebuah konsekwensi dan bukan lagi risiko. Yah, konsekwensi yang pasti terjadi hanya satu, yaitu kehilangan virginitas, dan itu pun tidak akan terlihat kecuali kita perosotkan celana dalam cewek, dan memeriksa bercak hitam di pangkal kelamin cowok.

Ya, sebenarnya pemerintah masih baik mau mengingatkan manfaat kondom. Tapi kita tidak perlu kondom kalau kita punya PENGAMAN (pengetahuan dan iman). Okelah kondom bisa mencegah kita tertular HIV, tapi apa bisa mencegah kelamin kita digunting di neraka…?

Tetapi apapun itu, meski anjuran pemerintah belum sampai pada pengendalian moral, namun kita beruntung masih punya aktifis-aktifis anti seks bebas yang terus mengampanyekan pacaran sehat dan pacaran bermoral. Juga ustadz-ustadz yang khusus ceramah di problematika pemuda. Semua itu mesti diapresiasi. Kadang mereka tidak dibayar. Tenaga penggerak mereka adalah kepedulian dan kecintaan terhadap masa depan negeri ini. Lebih khususnya, kepedulian sesama orang beragama, yang saling mengingatkan larangan Tuhan.

Aku pernah bertanya pada seorang teman yang kudapati menyimpan kondom di dompetnya, “Buat apa kau menyimpan benda itu, kau ‘kan bukan seseorang yang suka ngeseks?” tanyaku. Namun dia jawab, “Betul, benda ini hanya persiapan andai keimananku runtuh…” jawabnya. Kau salah kawan, keimananmu hanya akan runtuh ketika kau ingin meruntuhkannya. Kalau kau ingin terus menjaganya, dia akan balik menjagamu.

Dan sekarang lihatlah moral remaja kita. Berciuman depan umum, bercinta di rumah ketika orang tua tak ada, berkumpul kebo di kosan. Aku pernah mewawancarai seorang pemudi, sebut saja Bunga. Dia rutin melakukan seks seminggu empat kali dengan pacarnya…! Dia tuturkan padaku bahwa dia tahu itu dosa, tapi dia bilang dia tidak bisa berhenti. Lihatlah, lihat apa yang terjadi ketika seks bebas sudah membelenggu hidupmu.

Lihatlah bagaimana kecanduan terhadap seks telah mendorong seseorang berbuat hal-hal konyol. Ingatkah kalian akan kasus seorang mahasiswi berinisial T N yang saling berkirim foto bugil sambil ngangkang via layanan instan message entah dengan siapa, hingga menyebar dan jadi aib memalukan bagi keluarganya. Apakah yang seperti itu adalah seks bebas…? Ya tentu saja, barangkali niatnya BBMsex. Kalau dia tahu agama, mana mungkin mau bagi-bagi foto telanjangnya ke orang lain.

Kadang kalau aku bertemu kawan yang sama-sama perjaka/perawan, rasanya seperti bertemu saudara setanah air yang lagi sama-sama tersesat di gurun pasir.

Pada akhirnya aku akan membacakan slogan dari kesebelasan Tottenham Hotspur, bunyinya “Audere est Facere” , artinya “berani adalah melakukan”. Apapun yang kalian lakukan, adalah bentuk dari keberanian. Menjaga keperawanan berarti berani melawan hawa nafsu, melakukan seks bebas berarti berani menanggung segala konsekwensinya. Pasti itulah juga dasar dari iklan anjuran pemerintah tentang penggunaan kondom. Silakan berbuat, namun jangan merugikan warga negara lain. Tentu saja penularan virus HIV bukanlah hadiah yang menyenangkan, kerugian yang besar bagi mereka yang tertular.

Oleh sebab itu aku tetap dukung program kondom pemerintah. Namun aku tidak akan menyarankan kalian menyiapkan kondom di dompet. Aku sendiri hanya punya satu pilihan, yaitu tidak melakukan seks sama sekali sebelum nikah. Tidak ada istilah keimanan runtuh atau dimabuk nafsu. Jangan sediakan tempat bagi pilihan yang menjerumuskan. Tidak ada istilah seks yang aman, kecuali tidak melakukan seks selain dengan pasangan nikah.

Untuk yang belum pernah melakukan seks, semoga jangan tergoda. Tunda keinginan itu sampai kalian menikah. Semuanya akan indah pada waktunya. Aku tahu, seks itu bikin penasaran, dan pastinya enak, makanya banyak yang ketagihan. Tapi apakah kalian mau nanti pada malam pertama, rasanya sudah tidak penasaran dan biasa-biasa saja…?

Akhir kata, jangan beli kondom, cukup miliki PENGAMAN (pengetahuan dan iman) . Tonjok orang yang bilang kalian kuper karena belum ngeseks, katakan bahwa di neraka lebih sakit.

Selamat hari AIDS sedunia.
-CL-
@cemienisme

NB : aku tahu tulisanku suka diplagiat orang, baik separuh atau seluruhnya, baik di FB, blog, atau twitter. Khusus yang ini, silakan saja, aku mendukung.

0 comments:

Post a Comment