Wednesday, February 19, 2014

Mozaik Blog Competition 2014 — El usafa’s Site

Alasan yang Mendorongku Menjadi Seorang Penulis
Sebagai seorang yang kurang pandai dalam berkomunikasi secara lisan, saya dari dulu senang dalam dunia tulis-menulis. Meski kebanyakan yang saya tulis hanya diari berupa catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan saya, tapi hal ini menjadi suatu keasyikan tersendiri bagi saya ketika menuliskan hal-hal yang saya pikirkan dan membacanya kembali di waktu senggang.
Dulu kata salah seorang teman saya ketika SMP, orang yang pendiam itu banyak pikiran. Haha..mungkin itu hanya celotehan bocah SMP. Namun saat ini, saya akui bahwa sebagai seorang yang bisa dikatakan pendiam, saya memang sering banyak pikiran. Kadang memang bukan ha-hal yang sangat penting yang saya pikirkan. Hal-hal yang kecil, remeh-temeh pun saya pikirkan. Dan kadang muncul percakapan-percakapan dalam diri saya sendiri—meski hanya dalam hati. Aneh ya? hehe
          Sebenarnya saya kurang pandai merangkai kata-kata, kalimat demi kalimat yang sastra banget. Yang biasa saya tulis ya apa adanya yang ada dalam pikiran saya, sederhana sekali, bahkan mungkin membosankan bagi sebagian besar orang. Namun saya tetap ingin menulis entah itu diari, karya tulis ilmiah, karya tulis sastra, dll. Saya ingin tetap menulis. Karena menurut saya menulis ya menulis. Mengapa harus diribetkan dengan aturan-aturan?[1]
Menjadi seorang penulis adalah salah satu cita-cita saya. Dengan menulis, hal-hal yang saya sampaikan dapat dketahui (dibaca) oleh banyak orang di berbagai wilayah, kapan pun dan di mana pun (terutama jika tulisan kita terdapat di media online). Dengan menulis kita bahkan dapat memberi suatu sugesti tertentu kepada masyarakat. Kita semua tahu  pers ‘kan? Peranan pers sebagai media informan publik—yang notabene berupa liputan dan karya tulis jusnalistik. Adalah suatu fakta bahwa apa yang disampaikan mereka (pers) lebih dipercayai oleh masyarakat daripada apa yang dikatakan pemerintah. So, dengan menulis kita dapat memengaruhi mind-set seseorang bahkan masyarakat terhadap suatu hal.

Siapa yang Menginspirasi untuk Terjun di Dunia Literasi
Dulu ketika saya SMP, salah seorang teman yang hobi menulis sering meminta saya untuk dapat mengkritik tulisannya. Sebenarnya pada saat itu, saya belum mulai intensif menulis, seperti yang saya tulis di atas, yang sering saya tulis hanya diari. Itu pun dengan bahasa yang amat sederhana. Tapi karena menurut teman saya tersebut saya sering membaca dan tipikal orang yang blak-blakan ketika sedang berkomentar, ia meminta saya untuk dapat menilai karyanya. Ya sudah saya sampaikan kritik-kritik dan saran-saran atas  tulisan yang dia buat—yang ketika itu saya pikir hanya rekomendasi yang benar-benar tidak pas, tapi dia tampak senang menerimanya.

Semenjak itu selain diari, saya kadang menulis cerpen, cerita pendek yang benar-benar pendek di suatu buku, saya juga menulis puisi/liris, kadang kala juga pantun. Kadang tulisan tersebut saya tulis menggunakan bahasa Indonesia, kadang bahasa Inggris, kadang juga dalam bahasa Jawa Serang. Dalam hal menulis menggunakan bahasa Jawa Serang itu menurut saya, karena pelestarian atas bahasa daerah juga perlu, bukan? Jadi tidak melulu mempelajari dan menggunakan bahasa bapak (bahasa asing) yang dalam era globalisasi saat ini memang sangat dibutuhkan, tapi kita juga harus melestarikan bahasa ibu (bahasa daerah) yang salah-satu caranya yakni dengan menggunakannya sebagai tutur dalam karya tulis yang kita buat J

Bagaimana Suka-duka dan Jatuh-bangun dalam Mewujudkan Cita-cita sebagai Seorang Penulis
Saat SMP saya hanya menulis di buku catatan kecil, kadang kala saya juga menulis di kertas-kertas yang sudah tidak terpakai. Meski kadang hal ini membuat saya malu ketika tulisan tersebut dibaca orang lain (termasuk mama), namun saya kadang tetap saja menulis asal dan sembarangan. Pada saat SMA, saya juga kadang menulis catatan harian, puisi, kata-kata mutiara, dkk di notes facebook.
Barulah pada saat saya memasuki dunia kampus di satu universitas negeri di Banten, saya mulai menulis di blog. Hal ini karena saya baru memiliki netbook sendiri ketika mulai berkuliah. Dengan netbook ini saya dapat lebih leluasa menulis dan memiliki beberapa media sosial yang dapat saya jadikan ‘kertas’ bagi pemikiran-pemikiran saya.
Sebenarnya di awal saya membuat blog, isinya serupa dengan banyak hal yang saya tuliskan di diari sih, seperti cerita kecil (bukan cerpen), puisi, kutipan-kutipan yang saya sukai. Namun beranjak di masa-masa berikutnya saya mulai tertarik dengan kompetisi-kompetisi blog yang banyak diadakan oleh banyak kalangan/instansi. Sebenarnya selain menginginkan hadiahnya, dengan mengikuti kompetisi menulis seperti itu saya ingin berkompetisi, saya juga ingin tulisan dan blog saya dinilai. Apakah sudah memenuhi kriteria dalam penulisan? Mungkin memang belum, karena saya jarang menang..hehe. Tapi saya tidak menyerah, saya tetap ingin menulis.
Kadang memang merasa malas untuk memulai menulis, padahal kalau sudah mulai satu-dua paragraf, kesana laginya enak terasa mengalir begitu saja. Kadang rasa malas muncul hanya karena untuk menulis kita harus mengetik di tombol-tombol keyboard netbook atau menyiapkan buku dan alat tulis sebagai media penulisan kita. Nah, untuk alasan malas yang seperti ini, saya kadang mengetikannya di template sms untuk selanjutnya dikirim ke nomor modem, lalu dicopy-paste di blog. Hehe..sebenarnya lebih ribet menulis di hape ya (terutama bagi yang tidak memiliki smartphone—termasuk saya) tapi kadang ini lebih menyenangkan. Bukankah di usia remaja menjelang dewasa seperti kita (oke, mungkin cuma saya :p hehehe) lebih senang sms-an daripada telepon-an?
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak memulai menulis. Ayo tuliskan apa yang kamu pikirkan dan rasakan, dimana pun, kapan pun! Let’s writing, guys! J




[1] Kecuali untuk beberapa aturan seperti tidak menyinggung SARA, memang harus dipatuhi J

2 comments: