Saturday, January 16, 2016

Tourism Western Australia - Rayakan awal tahun dengan Berarung Jeram Ciberang

Tourism Western Australia - Rayakan awal tahun dengan Berarung Jeram Ciberang: Tourism Western Australia -
Pada saat liburan Natal dan tahun baru 2016 lalu, saya beserta 16 orang rekan dari Fun Travel pergi ke daerah Lebak, Banten. Biasanya orang akan mengenal Lebak dan pergi ke daerah ini untuk mengunjungi masyarakat suku Baduy yang tinggal di kabupaten ini. Namun tujuan kami kemarin bukan itu, melainkan kami akan mencoba wahana alam yang terbilang masih baru dan belum banyak dikenal orang yakni arung jeram sungai Ciberang atau secara resmi bernama Banten Rafting Ciberang (BRC).
Kami ber-16 orang dibagi menjadi dua kelompok dan berangkat dengan mobil sedan dari kota Serang pukul 08 pagi. Perjalanan Serang-Lebak melalui Pandeglang relatif lancar dengan kondisi jalan yang mulus. Selama perjalanan setelah melalui pusat kota Rangkasbitung, kami menyaksikan bentangan alam berupa hutan dan pegunungan yang tampak hijau dan asri. Sungguh pemandangan yang amat menyejukan mata.
Kami sampai di kantor BRC sekitar pukul 11.30 siang. Sampai di kantor kami disambut dengan makan siang berupa nasi, ayam goreng, tempe goreng dan karedok, yakni semacam pecel dengan sayur-sayuran yang tidak dimasak. Pihak agen memberitahukan bahwa arung jeram untuk tim kami akan dimulai sekitar pukul 13.
Disela menunggu waktu dimulainya rung jeram, saya dan salah seorang teman menyempatkan diri berkeliling kantor BRC dan pinggir hulu sungai yang akan dijadikan starting point arung jeram Ciberang. Dari starting point bisa terlihat bebatuan di kali ini dengan berbagai ukuran, yang paling besar mungkin sebesar seekor gajah. Salah satu staf BRC yang sedang mengisi udara di perahu karet yang akan kami gunakan berujar batu yang ada di jeram selanjutnya malah ada yang ukurannya saangat besar, lebih besar dari saung yang ada di atas hulu sungai itu. Wow.
Setelah melaksanakan shalat dzuhur dan makan siang, kami bersiap untuk mengarungi jeram yang di sungai Ciberang ini. Pihak BRC memberikan dan membantu kami menggunakan berbagai atribut arung jeram berupa baju pelampung, helm dan dayung. Setelah semua peserta memakai atribut arung jeram, kami pun menuruni tangga untuk menuju hulu sungai.
Sampai di hulu sungai Ciberang yang merupakan starting point disini, kami diarahkan untuk naik ke boat. Kelompok kami diberikan dua boat, satu boat berisi 6 dan satu lagi berisi 7 orang. Ada tiga orang diantara kami yang memutuskan untuk tidak ikut karena dua orang harus menyetir saat pulang nanti (khawatir kelelahan jika mengikuti arung jeram) dan satu orang teman kami yang lain merasa belum siap mental untuk mengikuti arung jeram ini.
Setelah semua peserta arung jeram naik ke boat, dua orang instruktur dari BRC kemudian ikut naik di boat kami masing-masing dan memberikan penjelasan dan panduan mengenai bagaimana cara memegang dayung, hal yang dilakukan jika ada teman yang terjatuh, perahu terbalik, dan lain-lain, serta berbagai komando dalam berarung jeram.
Semua instruksi sepertinya sudah diberikan oleh pemandu, kesempatan bertanya lebih lanjut juga sudah diberikan. Tiba saatnya berdoa untuk keselamatan kami dalam arung jeram ini. Berdoa selesai. Usai berdoa kami melakukan tes dayung terlebih dahulu di starting point ini. Di starting point ini, ada satu spot yang tidak berbatu sehingga cukup aman untuk latihan mendayung.
Selesai latihan mendayung, sang pemandu pun memberikan komando “Maju!!” untuk memulai arung jeram ini.
Ini adalah pengalaman pertama saya berarung jeram. Rasanya sangat mengasyikan, terutama ketika melewati jeram berupa aliran air yang agak menurun, berbatu-batu dan berkelok-kelok. Juga senang, tegang dan amat menantang saat kami berusaha mencari ‘jalan’ yang paling aman dilalui diantara bebatuan serta arus di sungai itu sementara kami juga harus berusaha menyeimbangkan boat agar tidak ada awak yang tercebur ke sungai atau mengalami boat terbalik.
Saya membuktikan perkataan staf yang di starting point tadi, bahwa bebatuan di depan akan jauh lebih besar dari bebatuan yang ada di awal. Bebatuan di arus selanjutnya sangat besar. Saya baru pertama kali melihat batu sungai sebesar bahkan lebih besar dari saung. Rasaya ingin berhenti terlebih dahulu untuk berfoto di atasnya (tapi saya tahu itu alasan yang amat deniable). Selain menikmati ‘pemandangan’ bebatuan yang eksotis, panorama di sepanjang sisi kiri-kanan sungai berupa tebing, tanah berbatu, sawah warga dan hutan liar juga sangat cantik untuk diamati ketika boat sedang berjalan dengan tenang.
Kami tiba di finish line sekitar pukul 15 yang berarti perjalanan 10 km rafting di sungai Ciberang ini dapat kita tembuh dalam waktu kurang lebih dua jam. Tak pernah terpikirkan bahwa saya akan melakukan olahraga yang tergolong ekstrim ini di Banten, provinsi tempat tinggal saya sendiri. Banten Rafting Ciberang memang belum begitu dikenal dibandingkan lokasi arung jeram tetangganya yakni sungai Citarik di Sukabumi, Jawa Barat. Semoga potensi yang dimiliki sungai Ciberang dapat lebih dikembangkan kedepannya.
Tiba di garis finish kami disambut dengan welcome drink dan snack berupa kelapa muda dan pisang goreng yang masih hangat. Hari itu cuaca disana sedang hujan sehingga hampir di sepanjang sungai, di samping rafting kami juga kehujanan dan sering saling usil dengan melempar air dengan dayung ke teman-teman yang ada di boat yang lain. Sangat seruu!
Setelah rehat sejenak di tempat istirahat di finish line itu, kami melanjutkan perjalanan ke pemandian air panas Cipanas. Saat itu saya baru tahu bahwa ‘onsen’ Cipanas yang selama ini dikenal di Bogor ternyata masuk wilayah administratif Kabupaten Lebak. Wah! Ternyata objek wisata Lebak bukan hanya Baduy dan pantai Sawarna saja. Saya jadi penasaran ada tempat wisata yang belum populer apa lagi selain arung jeram Ciberang dan air panas Cipanas di kabupaten paling selatan di Banten ini.
Lokasi air panas Cipanas dengan finish line arung jeram Ciberang tidak begitu jauh, hanya butuh waktu sekitar 10 menit dengan menggunakan mobil. Saat kami tiba disana kondisinya sedang sangat ramai. Hampir seluruh pinggiran kolam telah terisi pengunjung. Beruntung saat itu ada beberapa pengunjung yang pergi sehingga meninggalkan space untuk kami yang juga ingin merendamkan kaki atau bahkan seluruh tubuh kami ke dalam air hangat disana.
Cssss.. ada sensasi aneh, seperti es batu yang dimasukan ke air panas. Maklum, kami sebelumnya kedinginan karena ‘bermain air’ selama arung jeram dan kehujanan serta keanginan dalam perjalanan ke Cipanas dengan mobil bak terbuka. Tapi lama-kelamaan sensasi aneh itu berubah menjadi rasa nyaman (dan juga ngantuk). Mungkin karena sifat air panas yang menenangkan. Setelah puas berendam di air panas kami pun kembali ke kantor BRC.
Pukul 14 kami sampai di kantor BRC. Sesampainya di kantor kami langsung pergi mandi lalu melaksanakan ibadah sholat ashar. Usai semua peserta siap kami pun bergegas untuk pulang kembali ke Serang. Saat di perjalanan kondisi badan agak lelah namun hati terasa puas dan senang. Semoga suatu hari diberi kesempatan untuk berarung jeram di lokasi lain yang lebih seru dan menantang!

0 comments:

Post a Comment