Saturday, June 18, 2016

Meraih Impian Besarku dalam #10TahunLagi dengan Investasi yang Amanah

10 tahun dari sekarang, jika Allah masih memberikan saya nafas kehidupan, maka saat itu saya berusia 32 tahun. Usia yang matang menurut saya. Di usia itu mungkin saya sudah memiliki suami dan juga satu atau dua orang anak.
Sedari kecil saya memiliki banyak sekali impian. Sebagian diantaranya adalah mimpi-mimpi yang besar, ada juga beberapa mimpi yang sangat besar sehingga amat terdengar mustahil untuk diraih. Namun saya selalu percaya kekuatan mimpi. Juga kekuatan doa. Keinginan kuat dan kerja keras insya Allah mampu menuntun kita mencapai mimpi yang ingin kita raih.
Ada satu keinginan besar yang sangat ingin saya dapatkan sedari saya SMP dulu, yang jika dihitung dari tahun 2016 ini bukan untuk dalam jangka waktu 10 tahun lagi, tapi untuk 5 tahun dari sekarang. Keinginan itu adalah memiliki rumah sendiri.
Tampak mustahil bukan?
Bagaimana mungkin seorang mahasiswi biasa seperti saya bisa memiliki rumah sendiri? Saya belum bekerja, saya masih ‘murni’ seorang pelajar di sebuah perguruan tinggi negeri. Di kelas, bisa dikatakan saya juga biasa saja. Namun saya suka dan senang sekali menantang diri sendiri untuk mencoba hal-hal baru. Tentunya, dalam ranah yang positif. Saya juga senang bertemu dengan orang-orang baru. Bagi saya itu sangat mengesankan dan ada rasa bahagia jika saya melakukannya. Oya, selain mencoba hal-hal baru dan bertemu orang-orang baru, saya juga senang dengan perkembangan teknologi informasi (internet) sekarang. Di media ini saya menemukan banyak sekali peluang yang dapat dicoba. Disini juga saya bisa menemukan hal baru dan teman baru, meski pun tidak secara langsung.
Saya senang mencoba mengikuti berbagai kontes, lomba dan bahkan kuis di dunia maya. Beberapa yang saya coba ternyata membuahkan hasil. Hasil yang didapat sangat cukup untuk saya yang hanya mahasiswi pas-pasan.
Seperti di akhir tahun 2015 lalu, saya mendapatkan hadiah dari lomba menulis ulasan (review) sebuah gadget terbaru di blog. Hadiah yang diberikan adalah gadget yang diulas itu sendiri. Harganya tentu sangat mahal. Karena gadget yang saya dapatkan itu terlalu mewah dan harga jualnya yang ‘wah’ akhirnya saya jual gadget itu. Uang penjualannya lalu saya gunakan untuk menebus beberapa impian saya.
Kebanyakan mimpi saya memang berupa materi, satu hal yang sepertinya banyak kurang dalam keluarga saya. Saya bukannya tidak bersyukur atas apa yang telah keluarga saya miliki, hanya saja saya memang membutuhkan materi itu. Itu adalah hal yang mungkin bagi sebagian orang hal yang amat lumrah untuk dimiliki. Sebut saja, tempat tidur dan lemari. Apakah kedua benda itu sebagian besar orang memilikinya? Saya rasa iya. Tapi tidak begitu dengan saya yang baru memilikinya setelah mendapat uang hasil penjualan gadget itu. Dan rasanya luar biasa! Sangat senang bisa membeli barang-barang kebutuhan saya dengan uang hasil usaha saya sendiri (tidak meminta orang tua).
Intinya, uang hasil penjualan gadget itu kemudian saya bagi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk sedekah, satu bagian untuk belanja dan satu bagian lagi untuk investasi.
Berinvestasi juga merupakan mimpi saya sejak dulu yang alhamdulillah sekarang sudah tercapai, meski belum 100%. Tapi saya amat bersyukur, terima kasih ya Allah. Dengan uang investasi itulah, kelak saya berencana membangun atau membeli rumah yang saya impikan.
Investasi syariah adalah yang saya pilih. Hal ini didasari atas satu kesadaran bahwa kita yang beragama Islam, akan lebih baik untuk mulai berusaha menjalani hidup sesuai dengan aturan (syariat) yang telah ditetapkan Allah, bukan hanya dalam hal ibadah, seperti sholat dan puasa tapi juga kehidupan sehari-hari seperti manajemen keuangan secara syariah agar insya Allah kehidupan kita menjadi lebih berkah.
Investasi syariah yang sudah saya lakukan adalah membuka rekening deposito syariah, menjalankan bisnis tour and travel bersama empat orang teman dan membuka rekening saham di pasar modal syariah.
Memiliki deposito adalah salah satu mimpi saya sejak SMP. Saat itu saya pikir orang yang memiliki rekening deposito sangat luar biasa dan memiliki masa depan yang terjamin. Dibandingkan tabungan biasa, deposito lebih aman dari godaan kita sendiri dalam memakainya, karena tidak bisa diambil/dipakai secara praktis seperti hanya dengan melalui ATM dan EDC. Meski nominal uang yang saya simpan sebagai deposito tidak begitu besar, tapi saya senang sekali karena satu mimpi saya telah terwujud. Jika tidak membutuhkan dana besar yang mendadak untuk keperluan yang penting sekali, saya berencana tidak akan mengambil deposito ini hingga 10 tahun kedepan, atau bahkan lebih. Bisa jadi dana itu akan menjadi salah satu bekal untuk masa tua, sehingga saya dan suami kelak tidak perlu merepotkan anak-anak.
Menjalankan bisnis bersama tim itu sebenarnya tidak begitu saya rencanakan. Saat itu saya dan empat teman merasa tertarik untuk memulainya setelah mengikuti sebuah acara workshop kewirausahaan. Meskipun kesannya ‘mendadak’ namun kehadirannya amat saya syukuri. Dari bisnis yang telah berjalan kurang lebih enam bulan ini kami bisa belajar banyak hal, seperti memanajemen usaha dan perusahaan.
Nah, untuk berinvestasi di pasar modal syariah juga merupakan mimpi saya sejak SMP. Saya rasa menjadi investor saham itu sangat mengagumkan. Saya sempat berpikir bahwa yang bisa menjadi investor hanya para’boss’ yang memiliki banyak uang, dan juga sepertinya tidak akan terwujud jika saya masih kuliah. Ternyata setelah saya membaca berbagai literatur di buku dan internet, sekaligus mengikuti beberapa pelatihan tentang pasar modal, kedua anggapan terakhir saya itu salah besar. Tidak benar jika investasi di pasar modal hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak. Investasi di pasar modal bisa dilakukan siapa saja, termasuk mahasiswa seperti saya pun bisa melakukannya.
Mengenai mimpi saya memiliki rumah sendiri itu. Saya ingin rumah dua lantai dengan bangunan yang tidak begitu besar namun memiliki halaman yang luas. Halaman rumah itu akan saya tanami cangkokan pohon mangga dan/atau jeruk, tanaman bunga-bunga, tanaman jahe-jahean, cabai rawit, tomat, dan juga tanaman sayur yang lain.
this is probably my future house :) (shabbyfufublog.com)

Lima tahun dari sekarang, di tahun 2021, insya Allah saya akan memiliki rumah. Untuk meraihnya, salah satu cara yang sedang dan akan saya lakukan adalah dengan berinvestasi saham, yakni dengan membeli saham-saham baik yang terindeks di Jakarta Islamic Index (JII) dan Daftar Efek Syariah (DES) sebagai modal saya dalam membangun rumah.
Lalu apa keinginan saya 10 tahun yang akan datang? Jawabannya adalah pergi haji satu keluarga!
Going hajj with family will be more awesome, right? (oocities.org)
Saya ingin pergi beribadah haji bersama suamiku kelak, mama dan papa. Saat usiaku 32 tahun nanti saya mungkin sudah memiliki anak. Saya ingin, saat berangkat haji itu saya sedang dalam kondisi hamil muda, hamil anak kedua. Sedang anak pertama kami, akan saya titipkan sementara kepada bibi yang paling muda (adik bungsu papa), yang 10 tahun nanti berusia 33 tahun.

Saya berharap 10 tahun yang akan datang, segala macam urusan berkaitan dengan pemberangkatan ibadah haji di Indonesia dapat lebih baik sehingga para calon jamaah tidak perlu mengantri lama sampai bertahun-tahun untk dapat menunaikan ibadah haji.
Apakah dananya cukup jika untuk memiliki rumah juga?
Hey! Impossible is nothing, tidak ada hal yang mustahil. Segalanya serba mungkin. Bisa saja dalam lima tahun yang akan datang itu saya bisa memiliki rumah dengan cara ‘patungan’ dengan suami atau mendapat hadiah dari kegiatan yang saya atau suamiku ikuti.
Sesungguhnya Allah Maha Kaya. Soal rezeki, tinggal dekati, cintai Yang Maha Memiliki. Kita tak perlu khawatir, Allah bersama kita sahabatku..
Cara saya mengumpulkan dana untuk ibadah haji itu sama dengan cara saya dalam mendapat dana untuk membeli rumah, yakni dengan berinvestasi saham dengan cara membeli saham sedikit demi sedikit, karena saat ini uang saya memang belum banyak. Dengan imbal hasil yang cukup menjanjikan, saya merasa sangat optimis dapat meraih impian-impian saya tersebut dalam rentang #10TahunLagi dari sekarang.

0 comments:

Post a Comment